Kamis, 19 Mei 2011

Tentang Sabar

Sabar memang masih menjadi perbincangan yang hangat di masyarakat kita
Banyak yang semakin bingung dalam memaknainya.

Seperti contoh kisah “Si Anak” yang begitu menginginkan kesabaran pada dirinya.
Hal ini di karenakan keinginan Ibunya, karena ketakutan yang berlebihan pada sikap SiAnak dalam perilakunya sehari hari.

Karena kebiasaan yang di manja oleh ibunya, dengan alasan sayang menjadikan Si Anak selalu menginginkan segala keinginannya untuk segera di penuhia dengan segera, padahal kebiasaan sayang anak yang berlebihan ini menjadikan Si Anak jadi kurang peka akan kondisi yang ada di sekelilinhnya.

“sabar ya Nak….sebentar” kata Sang Ibu suatu saat
“orang sabar di sayang Tuhan Nak” katanya lagi karena melihat si Anak Nampak belum puas.

Melihat kesabaran anak yang tiap hari Nampak semakin sulit di kendalikan maka di perintahkanlah Si Anak untuk menemui “Sang Guru” untuk belajar tentang kesabaran.

Maka datanglah Si Anak ke tempat guru yang telah di tunjuk ibunya tadi.
Si Anak datang ke rumah Sang Guru dengan membawa banyak oleh-oleh yang akan di berikan bagi keluarga Sang Guru.

“Saya akan belajar tentang sabar Pak Guru” kata Si Anak membuka pembicaraan
“Oooo….iya Nak, Ibumu sudah menghubungi aku kemarin kok” tukas Sang Guru dengan santai
“Wah malah cepet dong belajarnya” sahut Si Anak lagi dengan mata berbinar-binar, dengan harapan pelajaran tentang kesabaran ini bisa cepet selesai.
“Ya sudah sebelum belajar kita makan dulu, kebetulan ibunya anak-anak tadi masak sayur dan tempe goreng…… pasti kamu sudah lapar ya” kata Sang Guru lagi.
“Kok sepi rumahnya Pak Guru?” tanya Si Anak
“O ya….tadi ibu sama anak-anak pergi kerumah kakek kok, kita bisa makan berdua saja” lanjut Sang Guru
“Coba kamu ambilkan Nasi sama Lauknya ya Nak” kata Sang Guru lagi

Maka di ambilkannya makanan yang ada di meja itu untuk Sang Guru dan dirinya sendiri, maka dengan lahapnya Si Anak makan, karena memang sedang lapar-laparnya ia.

Di lihatnya Sang Guru makan dengan lambat dan seakan-akan dinikmati setiap kunyahan di mulutnya.
Dengan santai dan menikmati Sang Guru apa yang di sediakan di depannya,
Sedang Si Anak lama-lama merasa tersiksa dengan kelambanan cara makan Sang Guru, tapi ia enggan untuk mengungkapkannya langsung, tapi dari raut mukanya sudah bisa dilihat ketidak puasan itu.

Melihat kondiri itu maka San g Guru berhenti sejenak dari aktifitas makannya dan ia bicara “Nak kalau kamu mau belajar sabar, baca aja buku di belakangmu itu” kata Sang Guru menunjuk tumpukan buku di belakang Si Anak.

Si Anak berdiri dan kengambil salah satu buku yang di tunjuk tadi dan mulailah ia membuka buka buku dengan penuh penasaran.
Sambil menyelesaikan makan Sang Guru melihat sejenak aktifitas Si Anak sambil merapikan piring kotor di depannya.

Si Anak semakin binggung karena buku yang ia baca sama sekali tidak ada pelajaran yang membahas kesabaran.
“Mana pelajaran Sabarnya Pak, di buku ini tidak ada…..saya pengin belajar sabar Pak” kata Si Anak sambil membolak balik buku tersebut.

Dengan lemah lembut di Sang Guru ,mendekati Si Anak
“Nak Sabar bukan sekedar kata-kata ataupun tulisan semata mata, tapi penghayatannmu menghadapi setiap permasalahan itu yang terpenting” kata Sang Guru
“Sabar itu keiklasanmu menerima kondisi apapun atau keadaan apapun dengan tetap bertawakal” lanjut Sang Guru sambil pergi kebelakang untuk mengambil air minum

Sedang Si Anak masih diam membisu belum bisa menerka arah pembicaraan Sang Guru………..