Rabu, 12 Januari 2011

UNTUK PARA SUAMI



Sebuah cerita dari milis tetangga yang layak untuk kita baca dan renungkan.
Empat tahun yang lalu, kecelakaan telah merenggut orang yang kukasihi,
sering aku bertanya-tanya, bagaimana keadaan istri saya sekarang di alam
surgawi, baik-baik sajakah? Dia pasti sangat sedih karena udah meninggalkan seorang suami yang tidak mampu mengurus rumah dan seorang anak yang masih begitu kecil.
Begitulah yang kurasakan, karena selama ini saya   merasa bahwa saya telah gagal, tidak bisa memenuhi kebutuhan jasmani dan   rohani anak saya, dan gagal untuk menjadi ayah dan ibu untuk anak saya.
Pada suatu hari, ada urusan penting di tempat kerja, aku harus segera   berangkat ke kantor, anak saya masih tertidur. Ohhh... aku harus   menyediakan makan untuknya
Karena masih ada sisa nasi, jadi aku menggoreng telur untuk dia makan.  Setelah memberitahu anak saya yang masih mengantuk, kemudian aku bergegas   berangkat ke tempat kerja.
Peran ganda yang kujalani, membuat energiku benar-benar terkuras. Suatu   hari ketika aku pulang kerja aku merasa sangat lelah, setelah bekerja   sepanjang hari. Hanya sekilas aku memeluk dan mencium anakku, saya langsung   masuk ke kamar tidur, dan melewatkan makan malam. Namun, ketika aku   merebahkan badan ke tempat tidur dengan maksud untuk tidur sejenak   menghilangkan kepenatan, tiba-tiba saya merasa ada sesuatu yang pecah dan   tumpah seperti cairan hangat! Aku membuka selimut dan..... di sanalah   sumber 'masalah'nya ... sebuah mangkuk yang pecah dengan mie instan yang   berantakan di seprai dan selimut!
Oh....Tuhan! Aku begitu marah, aku mengambil gantungan pakaian, dan langsung  menghujani anak saya yang sedang gembira bermain dengan mainannya, dengan   pukulan-pukulan! Dia hanya menangis, sedikitpun tidak meminta belas   kasihan, dia hanya memberi penjelasan singkat:
"Dad, tadi aku merasa lapar dan tidak ada lagi sisa nasi. Tapi ayah belum   pulang, jadi aku ingin memasak mie instan. Aku ingat, ayah pernah   mengatakan untuk tidak menyentuh atau menggunakan kompor gas tanpa ada   orang dewasa di sekitar, maka aku menyalakan mesin air minum ini dan  menggunakan air panas untuk memasak mie. Satu untuk ayah dan yang satu lagi untuk saya .. Karena aku takut mie'nya akan menjadi dingin, jadi aku   menyimpannya di bawah selimut supaya tetap hangat sampai ayah pulang. Tapi   aku lupa untuk mengingatkan ayah karena aku sedang bermain dengan mainan   saya ... Saya minta maaf Dad ... "
Seketika, air mata mulai mengalir di pipiku ... tetapi, saya tidak ingin   anak saya melihat ayahnya menangis maka aku berlari ke kamar mandi dan  menangis dengan menyalakan shower di kamar mandi untuk menutupi suara   tangis saya. Setelah beberapa lama, aku hampiri anak saya, memeluknya   dengan erat dan memberikan obat kepadanya atas luka bekas pukulan   dipantatnya, lalu aku membujuknya untuk tidur. Kemudian aku membersihkan  kotoran tumpahan mie di tempat tidur.
Ketika semuanya sudah selesai dan lewat tengah malam, aku melewati kamar   anakku, dan melihat anakku masih menangis, bukan karena rasa sakit di pantatnya, tapi karena dia sedang melihat foto mommy yang dikasihinya.
Satu tahun berlalu sejak kejadian itu, saya mencoba, dalam periode ini,  untuk memusatkan perhatian dengan memberinya kasih sayang seorang ayah dan   juga kasih sayang seorang ibu, serta memperhatikan semua kebutuhannya.   Tanpa terasa, anakku sudah berumur tujuh tahun, dan akan lulus dari Taman   Kanak-kanak. Untungnya, insiden yang terjadi tidak meninggalkan kenangan   buruk di masa kecilnya dan dia sudah tumbuh dewasa dengan bahagia.
Namun... belum lama, aku sudah memukul anakku lagi, saya benar-benar   menyesal....
Guru Taman Kanak-kanaknya memanggilku dan memberitahukan bahwa anak saya  absen dari sekolah. Aku pulang kerumah lebih awal dari kantor, aku berharap  dia bisa menjelaskan. Tapi ia tidak ada dirumah, aku pergi mencari di  sekitar rumah kami, memangil-manggil namanya dan akhirnya menemukan dirinya   di sebuah toko alat tulis, sedang bermain komputer game dengan gembira. Aku   marah, membawanya pulang dan menghujaninya dengan pukulan-pukulan. Dia diam   saja lalu mengatakan, "Aku minta maaf, Dad".
Selang beberapa lama aku selidiki, ternyata ia absen dari acara   "pertunjukan bakat" yang diadakan oleh sekolah, karena yg diundang adalah  siswa dengan ibunya. Dan itulah alasan ketidakhadirannya karena ia tidak  punya ibu.....
Beberapa hari setelah penghukuman dengan pukulan rotan, anakku pulang ke  rumah memberitahu saya, bahwa disekolahnya mulai diajarkan cara membaca dan menulis. Sejak saat itu, anakku lebih banyak mengurung diri di kamarnya untuk berlatih menulis, yang saya yakin, jika istri saya masih ada dan  melihatnya ia akan merasa bangga, tentu saja dia membuat saya bangga juga!
Waktu berlalu dengan begitu cepat, satu tahun telah lewat. Saat ini Ramadhan dan Lebaran akan tiba. Persiapan Labaran ada dimana-mana juga di hati setiap orang yg lalu lalang...Tapi astaga, anakku membuat masalah lagi. Ketika aku sedang menyelasaikan pekerjaan di hari-hari terakhir  kerja, tiba-tiba kantor pos menelpon. Karena pengiriman surat sedang mengalami puncaknya, tukang pos juga sedang sibuk-sibuknya, suasana hati mereka pun jadi kurang bagus.
Mereka menelpon saya dengan marah-marah, untuk memberitahu bahwa anak saya telah mengirim beberapa surat tanpa alamat. Walaupun saya sudah berjanji untuk tidak pernah memukul anak saya lagi, tetapi saya tidak bisa menahan diri untuk tidak memukulnya lagi, karena saya merasa bahwa anak ini sudah benar-benar keterlaluan. Tapi sekali lagi, seperti sebelumnya, dia meminta maaf : "Maaf, Dad". Tidak ada tambahan satu kata pun untuk menjelaskan alasannya melakukan itu.
  Setelah itu saya pergi ke kantor pos untuk mengambil surat-surat tanpa
 alamat tersebut lalu pulang. Sesampai di rumah, dengan marah saya mendorong anak saya ke sudut mempertanyakan kepadanya, perbuatan konyol apalagi ini?
  Apa yang ada dikepalanya?
 Jawabannya, di tengah isak-tangisnya, adalah : "Surat-surat itu untuk
  mommy.....".
  Tiba-tiba mataku berkaca-kaca..... tapi aku mencoba mengendalikan emosi dan
  terus bertanya kepadanya: "Tapi kenapa kamu memposkan begitu banyak
  surat-surat, pada waktu yg sama?"
  Jawaban anakku itu : "Aku telah menulis surat buat mommy untuk waktu yang
  lama, tapi setiap kali aku mau menjangkau kotak pos itu, terlalu tinggi
  bagiku, sehingga aku tidak dapat memposkan surat-suratku. Tapi baru-baru
  ini, ketika aku kembali ke kotak pos, aku bisa mencapai kotak itu dan aku
  mengirimkannya sekaligus".
  Setelah mendengar penjelasannya ini, aku kehilangan kata-kata, aku bingung,
  tidak tahu apa yang harus aku lakukan, dan apa yang harus aku katakan ....
  Aku bilang pada anakku, "Nak, mommy sudah berada di surga, jadi untuk
  selanjutnya, jika kamu hendak menuliskan sesuatu untuk mommy, cukup dengan
  membakar surat tersebut maka surat akan sampai kepada mommy. Setelah
  mendengar hal ini, anakku jadi lebih tenang, dan segera setelah itu, ia
  bisa tidur dengan nyenyak. Saya berjanji akan membakar surat-surat atas
  namanya, jadi saya membawa surat-surat tersebut ke luar, tapi..... saya jadi
  penasaran untuk tidak membuka surat tersebut sebelum mereka berubah menjadi
  abu.
  Dan salah satu dari isi surat-suratnya membuat hati saya hancur......
  'Mommy sayang',
  Saya sangat merindukanmu! Hari ini, ada sebuah acara 'Pertunjukan Bakat' di
  sekolah, dan mengundang semua ibu untuk hadir di pertunjukan tersebut. Tapi
  kamu tidak ada, jadi saya tidak ingin menghadirinya juga. Aku tidak
  memberitahu ayah tentang hal ini karena aku takut ayah akan mulai menangis
  dan merindukanmu lagi.
  Saat itu untuk menyembunyikan kesedihan, aku duduk di depan komputer dan
  mulai bermain game di salah satu toko. Ayah keliling-keliling mencari saya,
  setelah menemukanku ayah marah, dan aku hanya bisa diam, ayah memukul aku,
  tetapi aku tidak menceritakan alasan yang sebenarnya.
  Mommy, setiap hari saya melihat ayah merindukanmu, setiap kali dia teringat
  padamu, ia begitu sedih dan sering bersembunyi dan menangis di kamarnya.
 
Saya pikir kita berdua amat sangat merindukanmu. Terlalu berat untuk kita
  berdua, saya rasa. Tapi mom, aku mulai melupakan wajahmu. Bisakah mommy
  muncul dalam mimpiku sehingga saya dapat melihat wajahmu dan ingat anda?
  Temanku bilang jika kau tertidur dengan foto orang yang kamu rindukan, maka
  kamu akan melihat orang tersebut dalam mimpimu. Tapi mommy, mengapa engkau
  tak pernah muncul?
  Setelah membaca surat itu, tangisku tidak bisa berhenti karena saya tidak
  pernah bisa menggantikan kesenjangan yang tak dapat digantikan semenjak
  ditinggalkan oleh istri saya ....
  Untuk para suami, yang telah dianugerahi seorang istri yang baik, yang
  penuh kasih terhadap anak-anakmu selalu berterima-kasihlah setiap hari
  padanya. Dia telah rela menghabiskan sisa umurnya untuk menemani hidupmu,
  membantumu, mendukungmu, memanjakanmu dan selalu setia menunggumu, menjaga
  dan menyayangi dirimu dan anak-anakmu.
  Hargailah keberadaannya, kasihilah dan cintailah dia sepanjang hidupmu
  dengan segala kekurangan dan kelebihannya, karena apabila engkau telah
  kehilangan dia, tidak ada emas permata, intan berlian yg bisa menggantikan
  posisinya.
 ..........................................................................
I love you ... my wife... my children......
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar