Sabtu, 22 Januari 2011

Jangan Hanya Percaya Pada Nasib



Salah seorang Marketing Officer yang datang  sekitar pukul  empat dengan pencairan yang ter besar, dan Seorang lagi dengan pencairan yang rendah sehingga ia menjadi masalah, berada di kantor yang sama pada saat itu.
Mendengar  Pimpinannya menyampaikan berita baik kepada Marketing terbaik, membuat Marketing dengan pencairan kecil  jadi agak iri untuk mengucapakan selamat kepadanya dan kemudian berkatalah ia, “Wah, Brur, anda kembali beruntung!”
 Yang tidak mau diterima oleh Marketing Officer yang lemah ini  tidak ada kaitannya dengan  Marketing yang baik, Marketing yang baik sudah menggarap  pipeline dan prospek-pr ospek selama berhari-hari dan  berbulan bulan. Ia sudah berulang kali berbicara dengan ratusan orang diluar sana, Ia dengan tekun dan seksama memikirkan cara terbaik untuk mendatangi Prospek Market nya, kemudian di tawari untuk mencari solusi yang tepat bagi penyelesaian kemajuan usaha calon-calon nasabahnya.
Ia bukannya beruntung, kecuali jika Anda menyebut kerja yang direncanakan secara cermat dan dilaksanakan secara sabar hanya sebagai keberuntungan
Seandainya nasib di gunakan untuk mereorganisasi bisnis. Jika nasib menentukan  siapa mengerjakan apa dan siapa pergi kemana, semua perusahaan di negeri ini akan berantakan. Asumsikan sejenak bahwa perusahaan yang besar diharapkan melakukan reorganisasi sepenuhnya  berdasarkan pada nasib.
Untuk melaksanakan reorganisasi tersebut, nama-nama semua karyawan akan di masukkan kedalam sebuah tong, nama yang keluar akan menjadi Pimpinan, kedua bawahannya, dan seterusnya hingga pesuruh kantor, nah begitulah nasib bekerja.
Orang yang naik hingga ke puncak di dalam pekerjaan apapun, mereka tiba disana karena mempunyai sikap yang unggul dan menggunakan pikiran sehat mereka dalam bekerja keras.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar